Jadi, Gaeul sudah berumur 24 tahun tepatnya tahun ini. Belum ada yang bisa dia banggakan dari kehidupannya di umurnya yang sekarang ini.
Kuliah? Dia masih saja berkutat dengan skripsi yang tak kunjung dikerjakannya. Ini bukan karena dirinya malas. Bukan. Dia sangat rajin bila dibandingkan gadis Korea yang pernah hidup di usianya sekarang. Dia selalu membantu orang tuanya. Dia juga-lah yang mengajari adiknya yang paling kecil untuk belajar. Dia juga selalu mengerjakan pekerjaan yang dimilikinya tepat waktu. Hanya saja,... masalah skripsi ini bukanlah hal yang bisa dia kerjakan dengan senang. Hal ini karena dia malas saja mengerjakannya.
Jodoh? Jangan tanya segala hal mengenai jodoh pada gadis satu ini. Yang dia tahu hanyalah oppadeul yang selama ini hanya bisa dia temui dari video yang dia unduh dari internet, yang selama ini dia ajak bicara hanya di dalam khayalan dan mimpinya, yang hanya bisa kagumi dari rumahnya karena dia sama sekali tidak mampu memilikinya. Apalagi menjadi jodoh yang setia bagi dirinya? Semua lelaki menganggap Gaeul hanyalah seorang penggemar fanatik yang tidak bisa mengerjakan apa-apa. Padahal, dalam hatinya Gaeul bersumpah bahwa banyak dari lelaki yang dia kenal semuanya menyukai animasi Jepang dan semuanya yang berbau tentang oppai, bukan begitu? Jadi, jodoh? belum sekarang dia berbicara seperti itu karena semuanya tidak ada yang serius dengannya.
Pekerjaan? Belum ada. Belum diketemukan. Jangan tanya sekarang karena hal ini lebih sensitif untuk ditanyakan padanya.
Gaeul bukanlah perempuan sempurna, bukan seperti perempuan kebanyakan karena pemikirannya memang sangat berbeda dari mereka semua.
Bayangkan saja, ketika semua mahasiswa lebih memilih untuk menunggu dosen pembimbing dari pagi hingga sore (yang bahkan tidak pernah berhasil menemui dosen itu hingga akhir hari), maka Gaeul hanya menunggu di rumahnya sembari menunggu berita up-to-date teman-temannya yang lain yang ada di kampus. Dia tidak ingin buang-buang waktu hanya menunggu dosen di kampus, tanpa berbuat apa-apa. Dia lebih memilih tinggal di rumah untuk membantu ibunya atau ayahnya atau adik-adik lelakinya saja.
Yang kedua, ketika semua teman wanitanya memilih untuk menceritakan mengenai pesta pernikahan mereka agar dipenuhi semua hal yang semarak, Gaeul hanya memikirkan jika pernikahannya esok akan digelar secara sederhana (jika tidak ada budget yang memadai). Tapi, jika esok dia memiliki budget berlebih, dia hanya ingin menyumbangkan sebagian budgetnya untuk disumbangkan kepada rumah yatim-piatu yang ada di Incheon. Sungguh, dia sangat berbeda dari mereka yang menginginkan pesta di gedung ataupun pesta indoor. Gaeul hanya berpikiran bahwa pernikahan bukanlah segalanya, masih ada kehidupan yang memerlukan biaya lebih banyak. Daripada digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, bukankah kegiatan amal lebih berguna?
Yang terakhir, ketika semua teman wanitanya ingin bekerja di perusahaan yang besar, Gaeul hanya ingin menjadi seseorang yang bisa bekerja di rumah saja. Hal itu dikarenakan adanya perceraian, anak yang tidak terawat dengan baik, hingga rumah yang tak terawat membuat Gaeul menjadi sangat "kontradiktif" pada kerja di luar rumah.
Oleh karena itu, semua orang menganggapnya "Gaeul si Gadis yang Berbeda".
Yang ada di benak Gaeul, untuk semua anggapan itu adalah, "Bukankah Berbeda menjadikanmu lebih Berwarna?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar