Halaman

16 Agustus 2011

Happiness...

-IT’S YOU-
“Hey! Jadi, jadi... Siapa dia, hmm?”
“Oh, jangan mendelik padaku begitu, Shar! Siapa yang apa sih?”
“Tuh, lelaki itu, yang duduk di meja arah jam 1!”
“Memangnya kenapa dia? Tampangnya tak familier bagiku”
“Siapa yang man... Oh, dia?”
“He-eh! Kau cepat sekali tanggap, Poo. Siapa sih dia? Kau tahu?”
“Mmm... Dia kan Dharigra, dia kan seangkatan dengan kita bukan? Kau ini... Memangnya kenapa sih, Shar?”
“Hey! Nah, nah apalagi sekarang? Kenapa senyam-senyum seperti itu sih, Shar? Menjijikkan!”
“Sudah, sudah. Ayo cepat habiskan ramen-mu saja Poo! Tapi maaf, aku dan Makio duluan ya? Dagg...”
Hmm... Jadi, namanya Dharigra ya? Cukup menarik, nama itu...
“Poo! Itu bakso terakhirku! Oh, Ya Tuhan! Tak cukupkah kau berkutat dengan ramenmu itu?”
“Mo-ovh, o-gu goloboron, Shor” (baca : “Maaf, aku kelaparan, Shar”, pelafalan seperti itu terjadi jika kalian sedang memakan sesuatu yang memenuhi mulut kalian).
“Oh, Ya Tuhan! Ya ya, terserahlah, Poo. Toh, sudah kau telan bakso TERAKHIR-ku itu bukan? Hehh...”
Dia akhirnya terlupakan dari pandanganku saat itu juga...

ØØØ



Alvarna High School. Begitulah aku (oke, perkenalkan aku Sharie Shin), Popuri, Ryuko, Nakahara, Aerish, Makio, dan Takano menyebutnya. Itulah sekolah kami, sekolah kebanggaan kami. Ha! Bagaimana tidak kami banggakan? Alvarna adalah satu-satunya sekolah yang mau menampung anak-anak seperti kami, hehe...
Alvarna merupakan sekolah di mana aku dapat menyalurkan bakatku dengan baik. Asal kalian tahu saja, aku (bukannya mau menyombongkan diri) pandai menari. Dulu, aku memilih Alvarna karena kabarnya sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki kelas tari lebih baik daripada sekolah lain. Nah, saat ini aku dapat merasakan bahwa Alvarna memang memiliki prestasi dalam hal tari, ya aku bisa merasakannya setelah aku menuntut ilmu selama 3 tahun. Yah, aku dan teman-teman sudah berada di sekolah ini selama itu (kecuali Ryuko tentu saja karena dia merupakan murid pindahan di sekolah ini).
Pelajaran bakat (atau keterampilan jika kau memang tidak memiliki bakat apapun) diberikan setelah pelajaran akademik berakhir setiap harinya. Mulai dari siang hari hingga sore hari biasanya. Agak melelahkan memang, tapi kurasa tak ada yang lebih menyenangkan daripada belajar menari.
Aku, Popuri dan Nakahara mengikuti kelas tari. Di sekolah ini, aku juga masuk kelas musik, Korea, dan Inggris. Popuri hanya mengikuti tari dan Inggris. Nakahara (karena kepandaiannya) mengikuti kelas biologi dan gambar. Lalu, Aerish mengikuti kelas kimia dan Korea sepertiku dan Makio. Tapi, Makio mengikuti kelas animasi selain kelas Korea. Takano? Dia mengikuti kelas IT dan bola. Anggota terakhir yaitu si gadis manis Ryuko (maaf, tapi pada kenyataannya dia sangat ketus kepadaku) kebetulan dia mengikuti kelas ninja, Jepang, dan Inggris.
Aku sangat menyukai sekolah, namun aku tak tahu bahwa dari sekolah itu aku mendapatkan banyak sekali permasalahan...

ØØØ

Senin pagi...
“Oh, mati aku! Sudah jam segini tapi aku masih berkeliaran di lorong ini. Ya Tuhan, aku ini sedang apa sih? Kenapa aku tadi bangun kesiangan sih? Ya Tuhan, aku pasti sudah gila hari ini! Kasihime sensei* pasti sudah ber-“twitter-twitter” ria di kelas, dan aku pasti akan kena dampak twitter dirinya, bagaimana ini?” gumamku sembari memukul-mukul kepalaku sendiri.
“Jeoneun babonikka!*” teriakku selanjutnya.
Setengah berlari aku menuju kelasku, dan... Brukk!...
“Ouch! Maaf, aku tidak melihatmu lewat, Kawan,” ujarku pada orang yang menabrakku itu.
“No problem. Apakah kamu terluka?” tanya orang itu sembari mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku berdiri.
“Nope, aku tak apa-apa. Terima kasih,” ujarku sembari menerima uluran tangannya untuk berdiri, namun oh tidak! Hampir saja aku terjungkal saat aku melihat wajah dari orang yang kutabrak tadi. Dia kan...
“Aku duluan, bye!” ujarnya sembari berjalan meninggalkanku.
“Terima kasih ya?” teriakku, dan dia sempat mengangkat tangannya dan melambaikannya tanda dia menerima ucapan terima kasihku tadi.
Hmm... Bukankah orang itu, Dharigra? Oh, sial!...

ØØØ









Sensei : (Jepang) Guru
Jeoneun babonikka! : (Korea) Aku bodoh!


-THAT’S HOW-
“Popuri, my sweety! Ohayou!*” teriakku keesokan harinya.
“Hei, Shar! Jika Kasihime sensei tahu kau malah bergembira ria setelah kemarin kau didamprat habis olehnya, aku yakin kau hanya akan tinggal sejarah saja,” ceramah Popuri.
“Ah, sudahlah Poo. Jangan PERNAH bawa-bawa Kasihime sensei jika kita sedang berbicara,” omelku, lalu kulanjutkan, “Hei, kau sudah lihat pengumuman lomba tari esok, Poo?”
“Sudah keluar-kah beritanya? Siapa saja yang ikut? Siapa, siapa? Oke, Sharie sayang, ceritakan padaku!” perintah Popuri.
“Hei, kau belum lihat pengumuman di aula tadi? Ya Tuhan, ayo ikut!” ajakku pada Popuri sembari menarik tangannya untuk mengikutiku ke aula sekolah.
Dari kelas, cukup menuruni tangga (yang dengan indahnya “meliuk-liuk” dengan indahnya dari lantai 3, yaitu tempat di mana kelasku berada, ke aula bawah). Yah, hitung-hitung olahraga tiap harinya. Bagi Ryuko, hal ini cukup menyenangkan (untuk melatih kecepatannya saat menuruni atau menaiki anak tangga) tapi bagiku sungguh sangat melelahkan!
Sesampainya di aula sekolah...

PENGUMUMAN
Peserta lomba tari “at the new year’s eve”

-popuri-
-sharie-
-shabibrina-
-redo-
-dandy-
-dong gu-
-seffina-
-yumna-




Ohayou! : (Jepang) Selamat pagi!


Jadi, kalian sudah melihatnya bukan? Di pengumuman tertulis namaku dan Popuri. Karena itulah, mood-ku agak membaik hari ini padahal kemarin sepulang sekolah aku mengurung diri di dalam kamar, menangis sejadi-jadinya sembari bersumpah agar tidak terlambat lagi (efek twitter Kasihime sensei kepadaku kemarin).
“Oh, ya ampun, Shar! Kau dan aku masuk daftar!” teriak Popuri di telingaku.
“Gila kau, Poo!” erangku sembari menjitak kepala Popuri. “Omo*! Kau kira aku tuli apa? Yah kita beruntung bisa masuk daftar. Oh ya, latihan intensif dimulai sebelum libur Natal dan gladi bersih 2 hari sebelum pembekalan,” aku mencoba menjelaskan jadwal latihan kepada Popuri.
“Oke, terima kasih infonya, Sharie sayang. Tapi, bagaimana kau tahu semua itu?” tanya Popuri.
“Clue, aku ini apa? Aku kan asisten Gae Hwa sensei,’ jawabku sekenanya.
“Hmm... apa hubungannya?” gumam Popuri.
“Pakai otakmu, Bodoh!” teriakku sembari mencubitnya.
Lalu, bel masuk pun berbunyi...

ØØØ

Sewaktu istirahat, aku dan teman-teman berkumpul di kantin. Seperti biasa, kami istirahat sembari mengisi perut kami yang sejak pelajaran sebelumnya berteriak-teriak minta diisi.
Teman-teman juga memberi kami, aku dan Popuri, ucapan selamat atas keberhasilan kami masuk ke dalam daftar penari yang akan tampil di acara AT THE NEW YEAR’S EVE nanti. Aku dan Popuri tentu saja senang. Bagaimana tidak? Kami selalu memimpikannya agar kami bisa mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan menari seperti ini.

Omo! : (Korea) Ya Tuhan!


“Bibi Aiko, aku minta satu es krim vanila ya? Tolong cepat, Bi,”teriak Ryuko kepada Bibi Aiko, penjual makanan di kantin.
“Hei, Ryuko! Makan es krim seperti itu tidaklah membuat dirimu kenyang, kenapa kau tidak memesan puding saja? Yah, setidaknya perutmu akan lebih terisi jika memakan puding sepertiku,” ujarku pada Ryuko.
“Ah, itu tidaklah penting! Yang terpenting adalah, ES KRIM! Kau, makan pudingmu saja dan tidak usah mempedulikan aku,” ujar Ryuko, ketus.
“Ya sudah kalau begitu. Kau itu memang sangat sulit untuk diubah, Ryuko. Aku tidak mau berdebat denganmu lagi,” ujarku dengan wajah memelas.
“Hai, Ryuko sayang! Kenapa kau terlambat datang? Datang datang langsung memesan es krim dan langsung duduk seperti itu tanpa mengatakan ‘hai’ kepada kami semua. Kau sedang marah dengan Shun lagi?” tanya Popuri.
“Kau, diam! Dan, tolong jangan pernah memanggilku dengan panggilan seolah-olah aku ini pacarmu! Menjijikkan! Maaf telat, ada urusan dengan Shun mengenai jadwal kelas ninjaku nanti siang. Sudah, tidak usah bertanya lagi karena tidak ada yang menarik!” bantah Ryuko sembari menjelaskan alasannya secara panjang lebar.
“Oh, Ryuko kita sedang marah. Ya ya, aku tidak akan mengoceh lagi. Kau kira aku adalah Kasihime sensei yang selalu saja berceloteh di kelas? Haha...,” tawa Popuri.
“Sudahlah, kalian berdua ini memang sangat kekanak-kanakan. Sekarang, kita harusnya memberi selamat kepada artis kita, Popuri dan Sharie, mengenai lomba mereka besok. Bagaimana persiapan kalian?” tanya Takano, menengahi.
“Tenang saja, kami sudah siap. Terima kasih atas doa kalian semua dan aku mohon dukungan kalian bagi kami ya?” jawabku dengan tersenyum.
“Hmm, dasar sweet talker! You, talk a lot as usual,” kata Ryuko, yang disambut tawa kami semua.
“Hei, bagaimana kalau kita semua sekarang menuju perpustakaan? Aku ingin sekali membaca koleksi buku di sana. Sebelum kalian bertanya, tenang saja para guru sekarang sedang rapat. Tadi Kasihime sensei yang mengatakannya saat aku berpapasan di taman, bagaimana?” ajak Aerish, si tukang baca.
“Ya, aku ikut kalau begitu Aerish. Aku bosan berada di kelas dengan karena kau, kau, dan kau yang selalu mengoceh. Lebih baik ada di perpustakaan yang tenang daripada aku harus selalu mendengarkan ocehan kalian bertiga,” ujar Nakahara sembari menunjukku, Popuri, dan Ryuko.
“Ya, terserah! Aku ikut! Ayo teman-teman!” ajak Ryuko.
Di perpustakaan...
Sepi dan sunyi! Kesan pertama yang aku dapat berikan tentang perpustakaan sekolah kami. Ya, maklum saja, sejak kelas 2 aku sudah jarang ke perpustakaan kami. Ini adalah kali pertama aku menginjakkan kakiku di sini setelah renovasi. Namun, dibandingkan dahulu, perpustakaan kini menjadi lebih nyaman dan koleksinya lebih lengkap daripada sebelumnya. Menyenangkan!
Aku langsung meluncur menuju bagian novel terjemahan di rak paling pojok. Aku ingin sekali membaca novel berseri berjudul “Malory Towers”. Kata Makio, novel ini sangat menarik karena ceritanya tentang sekolah internat yang berisi murid-murid perempuan dengan berbagai konflik menarik. Karena itu, aku berhasrat untuk membacanya karena kebetulan aku belum membelinya.
Nah, ini dia! Aku menemukan buku itu di sini! Aku ambil buku itu, lalu aku bawa ke meja terdekat untuk kubaca. Ketika aku hendak membaca buku itu, kudengar ada bunyi kursi ditarik di depanku. Aku melirik ke arah suara untuk melihat siapa itu dan,... Oh tidak!

ØØØ

Srekkk...
Suara kursi yang ditarik di depanku itu membuatku menoleh. Seketika itu juga, aku tercengang. Aku hanya diam. Oke, mungkin saja mulutku terbuka karena saking kagetnya aku, tapi biarlah toh dia juga tidak memperhatikan diriku.
Kembali kutundukkan kepala. Aku mencoba memfokuskan mataku pada buku yang sedang kupegang. Kucoba untuk bersikap normal-dan-biasa, tapi... Oh ya, aku belum cerita siapa orang yang sedang duduk di depanku sebenarnya. Coba tebak, siapa dia? Ya, Dharigra-lah yang sekarang ada di depanku.
5 menit, baru 5 menit tapi aku merasa aku sudah menjamur di kursi itu selama 5 jam. Oke, makhluk ini memang sangat menarik. Aku tak tahu mengapa sepertinya auranya membuatku merasa dia menarik. Dia sedang membaca buku berjudul “All You Can Do With Your Computer”. So, pretend that he likes computer, hehe...
Lalu, ketika aku sedang mencoba mengamatinya lebih mendalam, ketika sampai di badge namanya aku terhenti. Jadi, namanya DHARIGRA ALCITA? I wonder, what does it mean? Sepertinya nama itu menarik, ahh... Andai aku tahu artinya. Dia terlihat keren dan rapi!
1 jam. Oke, aku merasa tidak nyaman sekarang. Bagaimana tidak? Tujuan utamaku adalah membaca buku, tapi makhluk di depanku ini telah membuat atmosfir tidak nyaman bagiku sendiri sehingga aku merasa jengah duduk di situ. Aku harus keluar, batinku. Tiba-tiba saja, seseorang menepuk pundakku.
“Shar, ayo kita kembali! Kau ingat kan, Gae Hwa sensei akan melihat latihan kita untuk acara AT THE NEW YEAR’S EVE? Ayo, cepatlah!” ajak Popuri.
“Ya, ya. Sebentar lagi aku menyusul, aku mau menaruh buku ini dahulu ya Poo?” pintaku sembari tersenyum.
Ketika aku hendak keluar meninggalkan perpustakaan, seseorang menghalangi jalanku karena dengan sengaja atau tidak dia berdiri tepat di depanku. Kuabaikan dia, sembari melewatinya aku sempat membungkuk untuk meminta maaf. Tetapi, tiba-tiba saja dia berkata...
“Jadi, kau juga ikut acara itu?” tanya orang itu.
“Eh? Kau? Hmm, maksudmu acara itu, apa?” tanyaku pada orang itu yang ternyata adalah Dharigra.
“Hmm, kau ini. Maksudku acara AT THE NEW YEAR’S EVE itu. Kau ikut?” tanya Dharigra lagi, menjelaskan padaku.
“Oh... Maaf, aku agak bingung tadi. Ya, aku ikut besok, memang kenapa?” ujarku.
“Hmm, jadi kau ikut? Ya sudah, aku hanya ingin tahu saja. Oh ya, aku duluan!” jawab Dharigra sembari tersenyum lalu, menjauh meninggalkan diriku.
Kalau kau hanya ingin tahu, kenapa kau tidak melihat saja pengumuman di aula kemarin? Hah, menyebalkan! Omelku dalam hati.
Orang aneh...

ØØØ

Melelahkan!
Tidak kusangka, latihan untuk ATNYE (singkatan untuk acara kau-tahu-apa) ternyata melelahkan! Menghabiskan seluruh energiku, gila! Bahkan kakiku, oh... Jangan ditanya! Bayangkan saja, Gae Hwa sensei menyuruhku untuk melompat, berputar, ohh... Kakiku berasa berat bagaikan diberi beban 10 kg, sakit sekali!
Yah, tetapi bagiku, aku menganggap sakitnya kakiku sebagai awalan untuk mendapatkan keberhasilan yang lebih baik bagiku. Setidaknya, untuk acara ATNYE nanti, pemenang akan mendapatkan hadiah beasiswa ke Korea dan perjanjian kerja magang di sebuah perusahaan Korea bernama SM Entertainment (oke, kau tahu kan apa artinya? Di perusahaan itu ada SUPER JUNIOR dan mereka adalah artis idolaku, mengingat aku adalah ELF => penggemar SUPER JUNIOR). Jadi, apapun itu, harapanku adalah aku bisa bertemu dengan idolaku itu jika aku bisa magang di SMEnt, hehe...
Di akhir latihan...
“Sharie, saya harap kamu bisa berlatih lebih tekun. Dengan begitu, beasiswa ke Han Yang University dari lomba ATNYE besok bisa kau dapatkan. Setidaknya kau atau Popuri nanti bisa meneruskan jejak saya di univesitas itu. Jangan sungkan untuk bertanya, saya memperhatikan kamu, arasseo*?” ceramah Gae Hwa sensei.


Arasseo, Ara : (korea) Mengerti
“Ne*, arasseoyo* sensei. Saya akan berusaha semampu saya, gamsahabnida sensei,” jawabku.
“Baiklah. Satu lagi, apakah kamu keberatan jika kamu menggunakan bahasa Korea saja jika kamu sedang berhadapan dengan saya? Maklum, saya masih agak kaku jika saya harus menggunakan bahasa Jepang. Juga, panggil saja saya seonsaengnim, arasseo?” kembali Gae Hwa “seonsaengnim*” menceramahiku.
“Ne, seonsaengnim,” ujarku sekenanya.
Setelah Gae Hwa “seonsaengnim” pergi, kami segera menyudahi latihan hari itu. Kami semua merasa kelelahan, mengantuk dan tentu saja... kelaparan! Setelah berganti pakaian, aku mengajak Popuri untuk makan onigiri di kantin sekolah. Popuri mengiyakan karena dia ternyata juga kelaparan.
Sesampainya di kantin, ternyata onigiri sudah habis. Oh tidak! Kata Bibi Aiko, ada seorang siswa laki-laki yang membelinya baru saja. Aku menyesal karena ternyata aku terlalu lembat sehingga hilanglah kesempatan untuk memakan onigiri. Tapi, tiba-tiba saja ada yang menyodorkan kepadaku sepotong onigiri.
“Ambillah ini! Kau lebih membutuhkannya daripada diriku,” ucap seseorang itu.
“Iya, terima kasih ya atas kebaikan hati...,” jawabku sembari menoleh untuk melihat siapa yang menyodorkan kepadaku onigiri enak itu dan ternyata... Dharigra lagi, Dharigra lagi!
“Hei, sudahlah! Makan saja, tapi maaf untuk temanmu itu aku tidak bisa memberikan apa-apa karena kau bisa lihat onigiri milikku telah habis,” jawab Dharigra.
“Tapi kan, kau masih menggenggam satu lagi? Tak bisakah aku memakannya pula?” tanya Popuri sembari melirik onigiri di tangan Dharigra.

Ne : (Korea) Ya
Arasseoyo : (Korea) Mengerti (formal)
Seonsaengnim : (Korea) Guru


“Poo, dia kan juga belum makan. Kita bagi dua saja ya?” ujarku sembari hendak membagi onigiri pemberian Dharigra sebelumnya.
“Hmm... Yasudahlah, kau, makanlah ini! Aku akan pulang saja ke rumah untuk makan,” jawab Dharigra sembari menyerahkan onigiri satu-satunya ke Popuri.
“Sudahlah, tidak jadi aku memakannya! Kau terlihat tidak ikhlas memberinya padaku. Aku pulang dulu saja ya, Shar? Ini, onigiri ini aku berikan padamu saja. Bye, Sweety!” ujar Popuri sembari berlalu meninggalkan kami berdua.
“Hmm... Temanmu itu, aneh ya? Dia yang memintaku untuk memberinya, saat aku beri dia pergi,” ujar Dharigra sembari menggelengkan kepalanya menatap kepergian Popuri.
Apa? Bukankah kau juga aneh? Tiba-tiba saja memberiku onigiri tanpa alasan jelas, menanyaiku apakah aku ikut perlombaan ATNYE, lalu kau sebut dirimu itu apa, heh? Dasar aneh...
“Oh ya, bukankah hari ini hari ulang tahunmu? Selamat ulang tahun ya? Maaf, aku terlambat mengucapkannya,” ujar Dharigra tanpa memandangku saat dia mengatakan seperti itu.
“Eh? Ulang tahunku kan sudah lewat, tepatnya kemarin. Kau sangat terlambat mengatakannya,” ucapku sembari menoleh kepadanya.
“Oh, ya karena itu aku meminta maaf karena aku terlambat mengatakannya,” ujar Dharigra sembari tersenyum padaku.
“Eh? Tak apa, bukan salahmu juga kenapa harus meminta maaf? Terima kasih banyak aku ucapkan karena kau ingat ulang tahunku... Eh, by the way, how come you know about my birthday?” tanyaku menatapnya serius (tetapi dia malah memandang ke arah lain).
“Hmm, aku tahu di saat kau mentraktir teman-temanmu kemarin. Aku juga ada di sana saat itu, tetapi kau tidak melihatku. Okay, better I’m leaving now, see ya!” ujarnya sembari melangkah pergi.
“Hei, but before leaving, could you tell me your name, please? Kita sering sekali bertemu namun sama sekali aku belum tahu namamu. Hanya sekedar menyapa ‘Hai’ dan itu tidak menyenangkan. So, what’s your name?” tanyaku
“Just call me Dharigra, you?” tanyanya setelah dia mengenalkan dirinya padaku.
“Emm... Aku Sharie Shin, panggil saja Sharie. Dharigra Alcita bukan?” ujarku.
“Yap, hei! Katamu kau tak tahu namaku, tetapi, tadi kau berkata...” ujar Dharigra penuh selidik.
“Emm... itu, eh anu... Itukan ada di badge-mu,”jawabku (tergagap, dan itu sangat memalukan) sembari menunjuk badge-nya.
“Oh iya, hmm... Ya sudah, aku pergi, makanlah onigiri itu sebelum kau jatuh pingsan karena kelaparan,” ujar Dharigra sembari berlalu.
Uh, menyebalkan! Apakah dia selalu begitu terhadap lawan bicaranya? Selalu mengejek? Wajahku ini tidak begitu pucat, badanku masih segar walaupun latihan hari ini sudah menguras banyak tenagaku. Tapi, tidak mungkin aku pingsan tiba-tiba hanya karena terlihat pucat, bukan? Tetapi, tetap saja aku berteriak “Terima kasih” padanya. Lagipula, onigiri ini enak sekali! Hmm... Lezat!

ØØØ

Setelah memakan semua onigiri pemberian Dharigra, aku pulang. Hari telah senja, aku harus cepat. Jika tidak, aku tidak akan tahu apakah sudah waktu salat Maghrib atau belum. Aku agak berlari, dan... Alhamdulillah! That’s my home sweet home!
“Assalamualaikum, aku pulang!” ujarku.
“Wa alaikumsalam. Kau sudah pulang, Shar? Cepat ganti baju lalu bantu ibu menyuapi Jovan,” sahut ibuku.
“Yes, Mommy!” jawabku.
Setelah menyuapi Jovan, aku segera pergi menuju kamarku. Aku capek sekali, mengingat latihan tadi sangat melelahkan. Aku rebahkan tubuhku, oh... Nyaman sekali kasur ini! Belum sempat aku merasakan rasa nyaman kasurku itu lebih dalam, terdengar lagu “All My Heart” Suju menggema dari HP-ku. Dari Popuri dan Makio rupanya.
Pesan Popuri :
My Dear, apakah kamu sudah sampai rumah? Oh, kau tahu aku merasa menyesal sekali karena aku malah meninggalkanmu sendirian tadi. Kukira si Dharigra telah menaruh bius di onigiri tadi sehingga aku merasa khawatir. Kau tidak apa-apa kan?
Balasanku :
Poo, tak apa. Dia tadi sangat baik, bahkan dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku tadi. Dia ramah, Poo. Tenang saja.
Balas Popuri :
Oh, ya sudah kalau begitu. Thank God you’re okay. Sleep well, honey!
Balasanku :
Ya, Poo. Terima kasih kau khawatir. Sleep well too, my honey!
Lalu, kita lanjutkan ke pesan si Makio...
Pesan Makio :
Sharie! Poo bilang, tadi dia meninggalkanmu sendirian dengan seorang murid lelaki lain di sekolah. Siapa dia, Shar? Kau baik-baik saja bukan? Balas!
Balasanku :
Iya, sudahlah tak apa, dia hanya ingin memberiku makanan. Dia Dharigra, dia tidak pernah satu kelas dengan kita semua, tenang saja, buktinya aku masih hidup ^^

Balas Makio :
Siapa itu Dharigra, huh? Kau memang, hati-hati dengannya! Aku tidak mau kau kenapa-kenapa, ingat! Sudah, sana tidur! Baca doa, cuci kaki, lalu tidur!
Balasku :
Dharigra temanku, oppa-ku tercinta..haha yaya, aku akan menjaga diri, iya aku akan tidur eomma*-ku hahaha :D nite! ^^
Dasar Popuri dan Makio! Begitu saja mereka berdua sudah heboh, haha.. Ya sudahlah, aku mau tidur saja, lelah. Kuletakkan HP-ku di sisi meja, dan dengan segera terlelap...

ØØØ













Eomma : (Korea) panggilan ibu

2 komentar:

  1. Ryuko ne terlalu biasa...tapi Ryuko emang manis sih(harusse keren sih)..sing nggonaku ws diwaca rung?

    BalasHapus
  2. durung pril! sek sek tak woco sek..
    padahal wes tak gawe keren lho =.=''
    makasih pril :)

    BalasHapus