Halaman

29 Desember 2015

Cinta Pertama

Setiap orang memiliki cinta pertama, itu pasti. Kita tidak akan pernah tahu, siapa cinta pertama yang pernah mengisi kekosongan hati seseorang. Cinta pertama seorang Ayah, cinta pertama seorang Ibu, cinta pertama seorang Kakak, cinta pertama seorang Adik, cinta pertama seorang Pria... atau cinta pertama seorang Wanita...
Yang kita tahu, cinta pertama adalah seseorang yang pernah membuatmu tersenyum tanpa alasan, menangis tanpa alasan. Yang membuatmu ingin hidup lebih lama lagi hanya untuk mengetahui bagaimana rasanya cinta pertama itu membalas perasaannya...kepadamu. Yang membuat jantungmu berdegup keras, lebih keras daripada suara apapun, ketika cinta pertama itu berada di dekatmu. Yang membuat dirimu menjadi orang lain, yang bukan dirimu, karena rasa salah tingkahmu di depannya.
Cinta pertama tiap orang berbeda. Ada yang tetap bertahan lama, ada yang hanya sekejap. Ada yang bertahan dan kemudian berkembang menjadi cinta sejati, ada yang berpisah. Ada yang sulit dilupakan, ada yang sulit untuk bahkan menghapus kenangan tentang cinta pertama itu sendiri. Ada yang mudah didapatkan, ada yang sulit untuk digapai. Ada yang nyata, ada yang hanya bayangan yang dibuat oleh diri sendiri. Bermacam-macam seperti itulah, cinta pertama.
Siapa orang yang akan menjadi cinta pertama kitapun, kita tak akan pernah tahu. Yang kita ketahui, cinta pertama tidak pernah mengenal pertanyaan “siapa dia nanti?”, “kapan nanti kita bertemu?”, dan “bagaimana kisah kita akan berakhir?”. Semudah itulah cinta pertama akan mengisi kehidupan masing-masing dari kita. Siapa, kapan, dimana, dan bagaimana cinta pertama akan mengisinya, tak ada yang tahu. Tuhan yang tahu, kapan takdir kita itu akan disegerakan kepada masing-masing kita.
                Cinta pertama bisa bertahan hingga akhir. Kisahnya pun berbeda untuk setiap cinta pertama milik masing-masing individu. Tidak ada yang sama, semua pasti berbeda. Mungkin prosesnya ada yang sama, hanya saja tetap subjek yang memiliki cinta pertama itu pasti akan berbeda-beda. Ada yang menyukai teman sebangkunya, teman sekelasnya, teman sekolahnya, teman SD-SMP-SMAnya, teman kuliah, teman kerja sekantor, atau bahkan teman bermain pada saat masa kecilnya. Semua berbeda, jika sama maka itu kebetulan. Karena kebanyakan yang memiliki kisah yang sama, dapat diartikan ada yang terluka pada akhirnya.
                Cinta pertama yang berakhir bahagia biasanya karena dua insan yang berbeda itu memiliki perasaan yang sama: sama-sama menganggap satu sama lainnya adalah cinta pertama masing-masing. Mereka mengupayakan segala hal untuk bisa bersatu. Mereka melalui serangkaian proses perjalanan untuk menggapai sebuah kesepakatan yang sama: untuk saling melengkapi. Ketika hal itu tercapai, maka keduanya akan saling berbalas perasaan dan berupaya untuk membahagiakan satu sama lain. Maka dari itu, mereka dikatakan saling berhasil untuk mengupayakan cinta pertama mereka.
                Namun, kebanyakan kisah cinta pertama memiliki akhir yang memilukan. Bukan karena tidak adanya proses mengupayakan cinta pertama itu, akan tetapi tidak adanya perasaan timbal balik yang didapat salah satu pihak, yang menyebabkan cinta pertama itu gagal. Bukan...... bukan gagal. Hanya saja, harus segera diakhiri untuk menghindari patah hati yang berlarut. Maka dari itu, untuk menghindari patah hati itu, cinta pertama itu harus diakhiri oleh si individu yang menaruh hatinya kepada cinta pertamanya. Bukan.... bukan berhenti menaruh hatinya, hanya saja berhenti menaruh harapan lebih kepada cinta pertamanya itu.
                Cinta pertama, bukan sesuatu yang harus dibangga-banggakan. Bukan juga sesuatu yang harus disesali seumur hidup hanya karena tidak mudah mendapatkannya. Bukan juga sesuatu yang harus ditangisi hanya karena tidak bisa meraihnya. Cinta pertama hanya sebuah kisah, yang (mungkin) bisa kita kenang selama hidup kita: bahwa kita pernah memiliki sebuah proses yang panjang (atau mungkin singkat) untuk berusaha memilikinya. Kisah yang hanya akan berhenti dikenang ketika kita telah tiada nanti. Kisah yang bisa dirahasiakan atau mungkin diceritakan untuk mengenang lebih lama. Begitulah cinta pertama ditulis, dikenang, dan diabadikan di dalam kehidupan masing-masing individu. Itulah cinta pertama . . .