Setiap orang memiliki cinta pertama, itu pasti. Kita tidak
akan pernah tahu, siapa cinta pertama yang pernah mengisi kekosongan hati
seseorang. Cinta pertama seorang Ayah, cinta pertama seorang Ibu, cinta pertama
seorang Kakak, cinta pertama seorang Adik, cinta pertama seorang Pria... atau
cinta pertama seorang Wanita...
Yang kita tahu, cinta pertama adalah seseorang yang pernah
membuatmu tersenyum tanpa alasan, menangis tanpa alasan. Yang membuatmu ingin
hidup lebih lama lagi hanya untuk mengetahui bagaimana rasanya cinta pertama
itu membalas perasaannya...kepadamu. Yang membuat jantungmu berdegup keras,
lebih keras daripada suara apapun, ketika cinta pertama itu berada di dekatmu.
Yang membuat dirimu menjadi orang lain, yang bukan dirimu, karena rasa salah
tingkahmu di depannya.
Cinta pertama tiap orang berbeda. Ada yang tetap bertahan
lama, ada yang hanya sekejap. Ada yang bertahan dan kemudian berkembang menjadi
cinta sejati, ada yang berpisah. Ada yang sulit dilupakan, ada yang sulit untuk
bahkan menghapus kenangan tentang cinta pertama itu sendiri. Ada yang mudah
didapatkan, ada yang sulit untuk digapai. Ada yang nyata, ada yang hanya
bayangan yang dibuat oleh diri sendiri. Bermacam-macam seperti itulah, cinta
pertama.
Siapa orang yang akan menjadi cinta pertama kitapun, kita
tak akan pernah tahu. Yang kita ketahui, cinta pertama tidak pernah mengenal
pertanyaan “siapa dia nanti?”, “kapan nanti kita bertemu?”, dan “bagaimana
kisah kita akan berakhir?”. Semudah itulah cinta pertama akan mengisi kehidupan
masing-masing dari kita. Siapa, kapan, dimana, dan bagaimana cinta pertama akan
mengisinya, tak ada yang tahu. Tuhan yang tahu, kapan takdir kita itu akan
disegerakan kepada masing-masing kita.
Cinta pertama bisa bertahan
hingga akhir. Kisahnya pun berbeda untuk setiap cinta pertama milik
masing-masing individu. Tidak ada yang sama, semua pasti berbeda. Mungkin
prosesnya ada yang sama, hanya saja tetap subjek yang memiliki cinta pertama
itu pasti akan berbeda-beda. Ada yang menyukai teman sebangkunya, teman
sekelasnya, teman sekolahnya, teman SD-SMP-SMAnya, teman kuliah, teman kerja
sekantor, atau bahkan teman bermain pada saat masa kecilnya. Semua berbeda,
jika sama maka itu kebetulan. Karena kebanyakan yang memiliki kisah yang sama,
dapat diartikan ada yang terluka pada akhirnya.
Cinta pertama yang berakhir
bahagia biasanya karena dua insan yang berbeda itu memiliki perasaan yang sama:
sama-sama menganggap satu sama lainnya adalah cinta pertama masing-masing.
Mereka mengupayakan segala hal untuk bisa bersatu. Mereka melalui serangkaian
proses perjalanan untuk menggapai sebuah kesepakatan yang sama: untuk saling
melengkapi. Ketika hal itu tercapai, maka keduanya akan saling berbalas
perasaan dan berupaya untuk membahagiakan satu sama lain. Maka dari itu, mereka
dikatakan saling berhasil untuk mengupayakan cinta pertama mereka.
Namun, kebanyakan kisah cinta
pertama memiliki akhir yang memilukan. Bukan karena tidak adanya proses
mengupayakan cinta pertama itu, akan tetapi tidak adanya perasaan timbal balik
yang didapat salah satu pihak, yang menyebabkan cinta pertama itu gagal.
Bukan...... bukan gagal. Hanya saja, harus segera diakhiri untuk menghindari
patah hati yang berlarut. Maka dari itu, untuk menghindari patah hati itu,
cinta pertama itu harus diakhiri oleh si individu yang menaruh hatinya kepada
cinta pertamanya. Bukan.... bukan berhenti menaruh hatinya, hanya saja berhenti
menaruh harapan lebih kepada cinta pertamanya itu.
Cinta pertama, bukan sesuatu
yang harus dibangga-banggakan. Bukan juga sesuatu yang harus disesali seumur
hidup hanya karena tidak mudah mendapatkannya. Bukan juga sesuatu yang harus
ditangisi hanya karena tidak bisa meraihnya. Cinta pertama hanya sebuah kisah,
yang (mungkin) bisa kita kenang selama hidup kita: bahwa kita pernah memiliki
sebuah proses yang panjang (atau mungkin singkat) untuk berusaha memilikinya.
Kisah yang hanya akan berhenti dikenang ketika kita telah tiada nanti. Kisah
yang bisa dirahasiakan atau mungkin diceritakan untuk mengenang lebih lama.
Begitulah cinta pertama ditulis, dikenang, dan diabadikan di dalam kehidupan
masing-masing individu. Itulah cinta pertama . . .